Alkisah ketika hujan ada sepasang suami istri berjalan dipinggir jalan sambil mengenakan payung, kemudian tiba-tiba ada sepasang suami istri naik motor lewat di sampingnya wuesssss...... kemudian serentak orang yang berjalan berkata:
"uh....
andaikan aku punya motor seperti dia, kita ga akan kesusahan jalan seperti
ini"
Kemudian orang
yang naik motor pun disalip oleh orang yang menggendarai mobil wuesss...
serentak orang yang naik motorpun bilang dalam hatinya:
"uh.....
ya Allah andaikan aku punya mobil, maka ga akan susah susah kehujanan
kedinginan seperti ini"
Kemudian orang
yang naik mobilpun melihat orang yang sedang berjalan mengenakan payung bersama
pasangannya. Diapun dalam hati serentak mengumam:
"wah
romantis bener tuh pasangan, ga kaya aku selalu sibuk, waktu selalu mengaturku
dan jalan kemana mana slalu sendiri ga da istri yang menemani" gedubrak!!!!
Ko orang ga ada
syukurnya yah? yang ada hanyalah sawang-sinawang (saling melihat orang lain
lebih baik dari dirinya). Weleh-weleh, yah memang itulah fenomena yang ada
dalam masyarakat, sulit untuk bersyukur. Saya teringat dengan guru bijakku yang
menerangkan konsep kebahagiaan, dengan suara karismanya beliau menasihatiku,
” Nak
kebahagiaan seseorang dilihat dari seberapa besar dia mau bersyukur kekayaan
kita sesungguhnya adalah kekayaan hati karena kebahagiaan itu bukan terletak
diseberapa besar harta yang dia miliki bukan terletak pada ketenaran, bukan terletak
pada istri atau suami yang cantik/tampan karena kebahagianan terletak
disanubari setiap manusia. Disitulah keadilan Tuhan nak, bahwa Allah sebenarnya
menggaruniakan kebahagiaan yang sama disanubari setiap manusia. Yaitu 100
kenikmatan dimana 99nya Tuhan mengasihkan diakherat kemudian 1 kenikmatan
diberikan didunia, anggap aja 1 kenikmatan itu dalam persen yaitu 1%. Jadi
semua manusia jatah kebahagiaannya sama yaitu 1 % kebahagiaan. Dimana 1 %
kebahagiaan ini dibagi beberapa kenikmatan dunia seperti kenikmatan makan,
kenikmatan beragama, kenikmatan bercinta, kenikmatan jala- jalan, shoping2,
punya anak banyak dsb. Yang perlu diketahui adalah bagian/jatah kenikmatan
setiap manusia tetap sama yaitu 1% kenikmatan Mau kaya mau miskin, mau jelek
mau cantik, mau hidupnya dikota maupun didesa bahkan digunung sekalian tingkat
kenikmatanya hanyalah 1 %. Maksimal dan tidaknya kenikmatan itu bisa dirasakan
tergantung dari seberapa besar dia bersyukur”
“ooh gitu yah
guru?kiraiin orang yang lebih kaya dari kita lebih bahagia dari kita”
Guruku dengan
senyum dia menjawab “he.. nak nak banyak ko orang yang meninggal
karena saking resahnya dengan hartanya, nak tau orang yang sangat kaya di
amerika yang dengan kekayaanya dia mampu membeli pulau? Tau meninggalnya
kenapa? Meningalnya ternyata gantung diri di pulau miliknya. Banyak ko orang
yang hidupnya pas pasana kebahagiaanya melebihi orang-orang kaya.”
Oh gitu? Klo
menurut penelitian ada pa ga guru biar aga ilmiah dikit?
“Ada, baca aja
buku Authentic Happiness karya Martin E.P Seligman disitu dipaparkan penelitian
dunia dimana harta/uang benar bener tidak memberikan kebahagiaan sejati
melainkan kebahagiaan sesaat”
Terus gimana
nih caranya biar kita lebih bersyukur mungkin dengan dalil-dalil agama?
"Niscayalah jikalau engkau semua bersyukur
padaKu, pastilah Aku akan menambahkan - kenikmatan itu - padamu semua."
(Ibrahim: 7)
by: hans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar