SANTRI AL MUMTAZ PINTAR NGAJI, ETOS KERJA TINGGI DAN BERPRESTASI!!

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas

Senin, 01 Agustus 2016

Penggalangan Dana Masjid Baitu Alim Suherman Ponpes Al Mumtaz



Masjid baitu Alim Suherman al Mumtaz di bangun pada tahun 2013 dengan luas  225 m2 yang mana masjid tersebut adalah pusat peribadatan seluruh santri ponpes terpadu al Mumtaz, dulu saat awal-awal masjid tersebut  dijadikan ruang kelas juga untuk adik-adik siswa MA Plus al Mumtaz, maklum dulu  pondok kami masih keterbatasan tempat dan saranaa prasarana.
Dan lamban tahun tahun jumlah santripun semakin bertambah, bahkan sekarang jumlah santri sudah mencapai 400 orang santri. Bayangkan betapa supeknya suasana dimasjid yang seluas 225 m2 dengan jumlah jamaah lebih dari 400 orang.
Oleh karena itu kami pun berkeinginan untuk memperluas serambi masjid tersebut dan alhamdulillah sudah mulai pembangunan sejak 30 Maret 2016. Namun karena keterbatasan biaya sehingga pembangunan pun terhenti hingga sekarang ini.
Oleh karena itu, kami mengajak saudara-saudaraku yang dermawan untuk turut berpastisipasi dalam pembangunan masjid kami, Dengan melakukan wakaf tunai.


Monggo disimak penjelasan sedikit tentang infaq berikut ini :
infaq atau amal Jariyah termasuk amal ibadah yang paling mulia bagi kaum muslim, yaitu berupa membelanjakan  harta benda. Dianggap mulia, karena pahala amalan ini bukan hanya dipetik ketika orang tersebut masih hidup, tetapi pahalanya juga tetap mengalir terus, meskipun orang tersebut telah meninggal dunia. Bertambah banyak orang yang memanfaatkannya, bertambah pula pahalanya; terlebih bila yang memanfaatkan ini orang yang berilmu dinul Islam, ahli ibadah menurut Sunnah dan ahli da’wah Salafiyah, tentunya akan lebih bermanfaat lagi . Ini semua akan dipetik oleh orang tersebut  besok pada hari kiamat.
Dari Abu Mas’ud Al Anshari Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang itu berkata kepadanya: ”Saya kehabisan bekal dalam perjalananku ini, maka antarkan aku ke tempat tujuan?” Beliau menjawab,”Saya tidak punya kendaraan,” lalu ada seorang laki-laki yang berkata,”Wahai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku tunjukkan orang yang dapat mengantarkan dia,” lalu Beliau bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].
Bayangkan, orang yang menunjukkan kebaikan, yang modalnya hanya berupa lisan atau tenaga, dijamin akan mendapatkan pahala semisal orang yang mengerjakannya. Maka, bagaimana dengan orang yang menunjukkan kebaikan disertai harta bendanya? Bukankah lebih utama dan lebih banyak pahalanya? Tentunya ini hanya dapat diterima dan diamalkan oleh orang yang kuat imannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berharap pahalaNya besok pada hari pembalsan. Misalnya, sahabat Thalhah Radhiyallahu ‘anhu tatkala mendengar ayat :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. [Ali Imran:92].




Tidak ada komentar:

Posting Komentar